“Sudah selesai?!” tanya Serel, gadis berbaju zirah yang
terbuat dari baja, pakaian perang khas kerajaan Sandeey kepada seorang pemuda
yang mengenakan jubah hijau pekat di sampingnya yang terlihat sedang merapalkan
mantra dari bibirnya. Wajah gadis itu terlihat sangat panik.
Garyan tersenyum dan menjeda rapalan mantranya,”Apa yang
terjadi pada Serel sang komandan pasukan elit termuda kerajaan Sandeey? Tidak
biasanya terlihat panik seperti ini?” godanya kemudian.
Wajah Serel berubah menjadi sangat frustrasi. “Selesaikan
saja mantramu, Garyan sang magus kepercayaan raja! Aku sedang tidak tertarik
pada candaanmu,” sahutnya sambil menghembuskan napas berat. “Kita harusnya
melindungi raja saat ini, bukannya malah terperangkap di dalam lubang sialan
ini!” sambungnya lagi sambil menebaskan pedang mitrilnya ke dinding berbatu di
sekitarnya hingga menimbulkan percikan api.
Serel dan Garyan terjebak ke dalam lubang bawah tanah
sedalam dua puluh meter dari permukaan. Sebelumnya mereka bertarung melawan
monster dan binatang buas yang tiba-tiba menyerang kerajaan Sandeey. Garyan,
seorang magus kelas atas kerajaan sedang merapalkan mantra sihir untuk memulihkan
kekuatannya dan membawa mereka keluar dari lubang itu.
Di tengah percakapan, secara tak terduga, seekor laba-laba
raksasa melompat dari atas tepat menuju Garyan. Dengan cepat Serel melompat
menerjang tubuh Garyan untuk menyelamatkannya dari serangan sang laba-laba
raksasa. Namun kuku tajam sang laba-laba berhasil mengoyak baju Zirah Serel hingga
melukai punggungnya dan membuat gadis itu tersungkur di atas tanah.
“SEREL!” teriak Garyan. “Laba-laba busuk!” makinya dengan
amarah. Kemudian Garyan mengambil ancang-ancang dan mengarahkan kedua telapak
tangannya di hadapan laba-laba itu. “Ignicius!!” pekiknya, kemudian muncullah
sambaran api yang sangat besar dari sela-sela telapak tangannya, membakar habis
sang laba-laba raksasa.
Setelah memastikan laba-laba itu mati, Garyan segera
memangku tubuh Serel dengan kedua tangannya. “Bertahanlah, Serel, aku akan
membawa kita keluar dari lubang sialan ini segera,” ucapnya dengan nada
setengah berbisik. “Aelius,” rapalnya kemudian.
Seketika muncul pusaran angin dari kaki Garyan, membawa
mereka melayang di udara dan membawa mereka keluar dari lubang itu.
No comments:
Post a Comment