Wednesday, June 18, 2014

Curhatan #KampusFiksiEmas Part 2

Halo temans...
Kali ini saya akan melanjutkan curhatan #KampusFiksiEmas di hari ketiga dan hari terakhir saya di Jogjakarta (Jogjakarta apa Yogyakarta, sih?)

- Hari ketiga, Minggu, 15 Juni 2014; "Lava Tour Merapi!"

Saya tiba-tiba terbangun pukul 5 pagi setelah sebelumnya tidur pukul 2 pagi. Karena masih pagi buta dan suasana di Kaliurang sangat dingin, maka saya putuskan untuk menutup mata sejenak.

Berikutnya saat membuka mata, tau-tau sudah jam 6. Dan saya lupa harusnya hari itu, di jam itu, kami ada jadwal senam bareng sebelum mendaki ke (lagi-lagi saya lupa nama tempatnya apa) untuk melakukan outbound (jadwal semula).

Di pagi itu saya gak mandi. Kenapa? Airnya itu, lho... macam air botolan dari dalam kulkas yang ditumpahin ke bak mandi. Coba deh cari air di dalam kulkas, lalu guyurin ke sekujur tubuh... segitulah rasanya mandi pagi di Kaliurang.

Tapi sepertinya tak ada kegiatan senam di pagi itu, semua sibuk nonton piala dunia. Saat itu Inggris melawan Itali. Dan Inggris kalah. Kata mas Hamid sih, "Inggris kalah gara-gara kebanyakan pemain Liverpool.". Itu kata Mas Hamid lho, ya...

Akhirnya senam kami skip.
Jadwal berikutnya adalah mendaki di jam 7 pagi. Tapi sebelumnya kami sarapan bareng dulu, dong.
Sarapan bersama...
Usai sarapan, kami berkumpul di jalanan di depan penginapan. Dikordinasi oleh mas Wahyu.
Di jadwal awal, kami harusnya berjalan kaki menanjak selama 15-20 menit untuk melakukan outbound.
Dan saya tak tau outbound itu yang bagaimana. Soalnya saya kalo kecapekan dikit biasanya dimarahin mama.

Setelah semua peserta dihitung dan diperhitungkan kesanggupannya mendaki, kami pun mendaki bersama.
Di tengah pendakian, ada yang sibuk foto-foto, selfie, ada yang sibuk ngobrol, bercanda, dan ada juga yang sibuk ngos-ngosan (saya).

Untuk yang ini saya gagal paham. Mau selfie apa nyari sinyal, sih?
Pendakian kita dipimpin oleh De Gaara, putra ganteng dari Pak Edi dan Bunda May.
Saya jadi teringat lagu Dragonball,
"Kita ke sana bersama seorang anak. Anak yang tangkas dan juga pemberani.
Mimpi ituuu dari mana datangnyaaa..."

Mas Sayfull dan Mbak Ita melakukan pose James Bound, karena kita akan OutBound.
Dan ini adalah pose favorit saya...

Lalu kami sampai pada parkiran elang. Dan entah mengapa kami kembali ke tahun 2010.
Setelah beribu langkah kami tapaki, berjuta udara pagi kami hirup, miliaran amoeba membelah diri. Akhirnya kami sampai di tujuan.
Ternyata di tempat tujuan, Pak Edi mempunyai kejutan lain untuk kami. Outbound di skip dan diganti dengan "Lava Tour Merapi Pakai Jeep Brum-Brum", dan itu keren bingits! Ini di luar ekspektasi saya. Tentunya lebih menyenangkan.

Semua peserta dan pendukung acara (panitia dan teman-teman DivaPress) dibagi-bagi ke dalam beberapa jeep. 
Saya satu jeep dengan Pia, Lia dan Fia (iya, namanya lucu, berurutan). Tapi sayang saya lupa menanyakan nama sang driver jeep yang memboncengi kami, yang saya ingat beliau berkumis tebal. Jadi, kita sebut selanjutnya sebagai Pak Kumis.

Sebelum tour, tentu kami foto-foto dulu, dong...

Keren, ya...
Setelah foto-foto, Pak Kumis pun mengendarai jeepnya....
Menurut beliau, tour ini punya 3 pemberhentian. 1. Museum Sisa Hartaku, 2. Bungker, 3. Batu Alien.
Awalnya perjalanan dengan jeep itu terasa mulusss... tapi di tengah-tengah ternyata seperti menaiki roller coaster.

Pak Kumis dan teman-teman ternyata mempunyai kejutan untuk kami. Beliau melajukan, memainkan dan membuat jeepnya menari-nari di jalanan berbatu. Hingga membuat Pia, Lia dan Fia menjerit-jerit. Sementara saya diam, santai aja, tuh.

Kira-kira seperti ini adegannya;
*Jeep mulai menaiki gundukan bebatuan setinggi satu meter
Pia: AAAKKKK!!!
Lia: AAKKKK!!!
Fia: AAAKKKKK!!!
Saya: *Diam... *Tangan sambil mencengkeram erat besi penyangga jok mobil dengan muka pucat

Melewati beberapa jeritan, akhirnya kami sampai di pemberhentian pertama. "Museum Sisa Hartaku"

Tempat itu adalah kumpulan sisa-sisa harta peninggalan warga yang sudah terkena dampak lahar dan awan panas.
Ada alat musik yang 3/4 bagiannya sudah meleleh, kaset-kaset dan CD musik yang meleleh, monitor komputer yang meleleh, dan semua kenangan di dalamnya ikut meleleh...:(

Ini dia gerbang masuk ke dalam museum. (Abaikan wajah kami yang tak sadar kamera)
Semua barang peninggalan dikumpulkan ke dalam satu rumah ini.
Lalu ini tugu pesan Merapi. Saya sedih membacanya... karena gak ngerti artinya...:(
Ini kondisi di dalam rumah (museumnya)
Ada Pak Edi dan Bunda May juga berpose di depan tulang belulang sapi dan kerangka motor
Dan kami semua berpose dengan arahan sang fotografer.

Setelah puas melihat-lihat isi museum, kami pun melanjutkan tour ke destinasi berikutnya.
Kami menaiki jeepnya Pak Kumis lagi.
Kali ini lebih banyak aksi dipertunjukan oleh Pak Kumis dalam mengendarai jeepnya.
Beliau mengendarai dengan miring, berkelok, dan bergejolak.
Hingga Pia, Lia dan Fia lelah berteriak.

Lalu di suatu masa di atas jeep itu, Lia yang sudah hafal dengan kelakuan Pak Kumis, berkata tidak akan berteriak lagi. Alias diam ajah.

Begini adegannya;
*Pak Kumis melajukan jeep ke arah gundukan batu-batu setinggi 1 meter
Lia: Ah, Kali ini aku mau diam aja.
*5 detik kemudian, jeep mendaki gundukan batu
Lia: AAAKKKKK!!! AAAAAAA!!! AAAAKKKKK!!!!

Inilah medan yang kami lalui.


Destinasi berikutnya adalah bungker yang memakan korban 2 orang relawan di erupsi Merapi 2010 lalu.
Setelah itu kami menuju "Batu Alien". Batu yang berbentuk seperti sebuah wajah besar, yang katanya menggelinding dari puncak Merapi.

Ini dia bungkernya...
Kami berfoto di bukit dekat bungker.
Mas Sayful dan Elisa berpose di depan batu berwajah, dan mereka tiba-tiba kembali ke tahun 2010.

Setelah semua destinasi kami datangi, kami pun diantar kembali ke penginapan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada Pak Kumis.

Akhirnya tibalah kami pada acara penutupan Kampus Fiksi Emas.
Mas Wahyu memulai acara penutupan dengan mempersilahkan Pak Edi untuk memberikan petuah terakhir bagi para peserta.
Isi petuahnya yang saya ingat kurang lebih begini, "Jaga attitude dan emosi. Kita memang tidak bisa menghindari untuk tidak marah, tapi jangan sampai berlebihan. Dan ingatlah untuk selalu berbagi pada sesama, entah itu tentang materi, ilmu, waktu atau apapun."

Setelah sesi Pak Edi, tiba-tiba saya diminta untuk memberikan kesan dan pesan mewakili teman-teman.
Saat itu terlalu mendadak dan saya bingung mau ngomong apa.
Sebenarnya, inilah yang mau saya ucapkan,

"Saya sangat heran dengan kelakuan Pak Edi. Beliau memfasilitasi semua kebutuhan acara Kampus Fiksi. Mulai dari konsumsi, transportasi, akomodasi dan penghargaan kepada peserta. Bahkan hiburan di Lava Tour Merapi tadi. Bahkan mulai dari Kampus Fiksi 1 (hingga kini sudah mencapai angkatan ke-8)
Untuk sebuah acara yang non-profit (karena tak ada spronsor dan tak ada promosi produk) seperti itu, sungguh diperlukan niat dan dedikasi yang sangat besar. 

Saya pun sempat bingung, Pak Edi sebenarnya berniat menjadikan DivaPress ini penerbit komersial atau badan amal, sih? Kok ya royal bingits gitu, lho... ustadz dan motivator yang sering roadshow ngasih ceramah aja mungkin gak segitunya bantuin orang secara konkrit. Padahal kami para peserta belum tentu mendatangkan keuntungan buatnya pribadi.

Untuk satu event ini saja, saya bisa memperkirakan biaya yang dikeluarkan tidak kurang dari 20jt. Lalu bayangkan untuk 8 angkatan dan acara Kampus Fiksi Roadshow dan Kampus Fiksi spesial yang juga diadakan oleh beliau. Manusia biasa pasti lebih memilih membeli rumah atau mobil. Perlu diingat lagi, ini adalah acara non-profit. Semua peserta tidak diberi kontrak terikat atau kontrak eksklusif. Semua dibebaskan untuk berkarya di mana pun. Gila, kan?

Itu adalah salah satu alasan kenapa saya mau datang jauh-jauh dari Banjarmasin menuju Jogja. Saya ingin mempelajari semangat beliau. Semangat untuk berbagi. Semangat untuk memulai persahabatan.

Pada dasarnya, semua bukanlah tentang materi. Tapi niat dan tindakan. Semoga semua dari kita mampu menerapkan semangat itu di dalam kehidupan kita masing-masing."

Oke, setelah kesan dan pesan dari saya yang tak terucapkan saat itu, acara dilanjutkan dengan kesan dan pesan dari Evi Rose yang juga datang jauh-jauh dari Palembang.
Setelah itu, simbolis penyerahan piagam kepada perwakilan peserta.

Piagam diberikan oleh Mbak Rina kepada Rosanti.

Piagam diberikan oleh Mbak Rina kepada Mas Adit.

Kemudian, acara ditutup dengan guyuran air dan teh ke kepala Mas Wahyu sang MC yang dikira sedang berulang tahun. Ternyata hanya hoax yang dbuat oleh Pak Edi untuk... ngerjain Mas Wahyu aja, sih. hehe...
Rasain! xD
Saat kami sedang packing, tiba Mbak Ve datang membawa beberapa amplop. Bukan! Itu bukan amplop untuk bujukan memilih capres. Tapi uang saku para peserta yang berjumlah masing-masing 500rb. Horeee!
 
Berikutnya kami kembali dimobilkan ke asrama Diva.
Di asrama kami mendapat kejutan lagi. Yaitu traktiran pizza dari Mas Sayfull dan Lia. Nyam!

Lalu tiba-tiba udah malam lagi. Di malam terakhir itu kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke Malioboro dianterin sama Mas Agus. Dilanjut dengan karaoke di Nav Karaoke.
Reza, Mala, Ghyna, Didi, Fia, Pia, saya, dan Lia.
Ini Mas Agus yang bercahaya di malam itu...

Ya... begitulah hari-hari saya di Jogja, #KampusFiksiEmas.
Bertemu dengan orang-orang baru dan unik.
Yang masih terngiang adalah cerita Elisa yang hampir diculik supir travel.
Juga ada Farrah yang tergila-gila dengan para gay. Lalu Didi dan Fia yang mirip tapi gak kembar. Dan Fia juga mengira dirinya adalah Dodit Mulyanto. oh, iya, sang fenomenal Evi Rose.

Dan untuk semua peserta #KampusFiksiEmas, kalian semua keren temans!

Tuesday, June 17, 2014

Curhatan #KampusFiksiEmas Part 1

Semburat subuh di dini hari itu, membunuh jingga di mata kuning dan oranye langit... *plak! Dikeplak mimin KF gara-gara pakai narasi pembuka alam semesta.

Oke, langsung aja ya, vrooh... Apa itu event Kampus Fiksi? Sebuah acara yang diselenggarakan oleh penerbit DivaPress sebagai pembuka mata batin calon penulis fiksi/non-fiksi yang sedang mencari wadah untuk berbagi proses kreatif dalam menciptakan sebuah karya tulis.
Dibuka luas untuk umum (baik jomblo ataupun yang taken), semua bebas bergabung. Tapi dibatasi hanya 30 peserta untuk setiap angkatan, dan berikutnya disebut angkatan Kampus Fiksi Reguler.

Nah, Kampus Fiksi Emas adalah seleksi dari ratusan angkatan Kampus Fiksi Reguler yang dikerucutkan lagi menjadi total 20 peserta terbaik (saya salah satunya. Keren, ya...).

Intinya, kami 20 orang peserta Kampus Fiksi Emas adalah manusia-manusia pilihan alam semesta. Dan itu maktub! 

Oh, iya. Semua fasilitas selama kegiatan baik narasumber, akomodasi, transportasi dan konsumsi diberikan gratis tis tis!

Sesuai judul post, berikut ini adalah curhatan saya;

- Hari pertama, Jumat, 13 Juni 2014; "8 jam perjalanan dengan kereta, dan gue gak bisa tidur, vroh"

Saya dan Pia mengarungi rel kereta api bersama di Kamis malam mulai pukul setengah 8 dari Bandung. Estimasi sampai di Jogja pukul 3 pagi. Ini adalah perjalanan kereta api pertama kali dalam hidup kami masing-masing.
Dan layaknya penumpang alay lainnya, kami pun selfie sejenak di dalam kereta.









Hehehe. *abaikan saja bagian selfie ini







Di dalam kereta yang menempuh perjalanan 8 jam ini, kami melakukan hal-hal menarik untuk mengusir bosan. Yaitu, duduk, ngobrol, duduk, ngorol, duduk. Dan, 8 jam pun terasa ringan...(tapi, bohong!)

Akhirnya kami pun sampai di stasiun Tugu dijemput oleh Kang Kiki dan teman-teman DivaPress. Lalu dimobilkan langsung ke TKP (asrama Diva yang alamatnya saya lupa di mana, hehe)

Kami sampai di asrama pukul 4 pagi. Disambut dengan tidak ada penyambutan, karena hampir semua orang sudah tertidur. Bahkan semua ruangan sudah dimatikan lampunya, agar yang lain bisa tidur dengan khidmat.

Karena saya belum bisa tidur, jadi saya bangunkan saja teman-teman yang lain seperti Lia, Fia, Farrah, Mas Sayful, Reza yang sedang tidur-tiduran di ruang tengah asrama. Setelah mereka terbangun, saatnya saya tidur.

***

Waktu pun berlari... tau-tau sudah jam 7 pagi aja. Saya dan yang lainnya pun berebut kamar mandi untuk bersiap-siap karena acara kita hari itu akan dimulai jam 8 pagi.

Hari pertama Kampus Fiksi Emas sangatlah padat. Akan ada praktik nulis cerpen spontan 2,5 jam dan pengadilan karya cerpen masing-masing.


Acara dibuka oleh Mas Wahyu, MC kita yang sangat komunikatif...










Ini lho orangnya yang make everything happens, yang uangnya sepertinya unlimited...xD





Dan dilanjutkan sambutan oleh Pak Edi, CEO DivaPress sekaligus penggagas acara ini, sambil memegangi buku kumcer para peserta Kampus Fiksi Emas. 
"Gadis 360 Hari Yang Lalu"












Setelah beliau memberikan sepatah dua patah dan akhirnya menjadi patah-patahan kata yang bertaburan di lantai otak kami masing-masing...(cieileehh diksi lu, vrooohhh)
Tibalah saatnya sesi menulis cerpen spontan dengan tenggat waktu maksimal 2,5 jam! Dengan tema yang ditentukan oleh panitia. Duh!

Sontak saja muka-muka yang tadinya riang menjadi meriang. Bahkan otak saya pribadi sempat berteriak, "Lepaskan akuuu! Hentikan! Aku lagi gak pengin mikir beraattt!! Hentikaaannn!!
Yap! 2,5 jam untuk 1 cerpen dan harus selesai, soalnya akan di-post web resmi Kampus Fiksi (kampusfiksi.com) dan tanpa sentuhan editor. Jadi, publik melihat kemampuan murni para peserta tanpa bantuan siapapun.

Tapi, karena kami adalah manusia-manusia pilihan semesta, kami pun melewatinya dengan mudah... (mudah-mudahan gak malu-maluin)

Setelah itu, saatnya ishoma. Istirahat, makan. Yang lelaki sholat Jumat, yang perempuan juga sholat Jumat (karena hari itu hari Jumat)

***
Jam dinding menunjukan pukul 13:00. Saatnya pengadilan karya yang terdengar mengerikan itu.
Saya (Ersa Yusfiyandi), Reza Nufa dan Adityarakhman dapat giliran pertama diadili oleh Mbak Ita.
Editor kece yang satu itu menghajar karya saya sampai babak belur dan  diamini dengan tawa oleh seisi ruangan :(
Ini dia aksi Mbak Ita saat jadi judge bagi cerpen kami.











Dan saya cuma bisa menutupi wajah ganteng saya...
















Berbeda dengan Reza Nufa dan Adityarakhman yang mampu memberi pembelaan terhadap karya mereka masing-masing, saya memilih pasrah saja. Karena saya cinta damai...anak pantai...santai...

Di tengah acara sempat mati listrik sejenak, tapi tetap dilanjutkan sampai semua peserta kebagian diadili karyanya.
Yang masih melekat di kepala saya adalah gaya Mbak Ve dalam mengadili karya yang begitu ekspresif. Dan the famous Bambang pun is born.


***

Kami pun menghabisi Jumat malam dengan berbincang, makan, dan tidur.

Saya jadi lebih mengenal Pia, Lia, Fia, Farrah, Didi, Elisa, Ghyna, Mufi, Vivi, Mas ipul (wajahmu itu lho, mas, menggelayuti pikiranku terus), Mas Adit dan Nadia, Mbak Indah, Evi dan Mala, Mbak Nurul, Rosanti dan Reza Nufa yang terkenal itu.
Minus Reni yang ternyata sedang sakit saat itu. Cepat sehat, ya, Ren!

***

- Hari kedua, Sabtu, 14 Juni 2014; "Kaliurang, Kami datang!!"

Lanjut di hari kedua. Kami punya jadwal bedah novel Sang Alkemis oleh Tia Setiadi dan kuliah State of Mind dari Pak Edi hingga tengah hari, lalu sisanya adalah perjalanan ke Kaliurang dan bersenang-senang! Yay!

Ini dia Mas Tia Setiadi saat beraksi membedah novel Sang Alkemis.












Kuliah State of Mind oleh Pak Edi Akhiles.



















Setelah berserius ria, saatnya kita besenang ria.

Pukul 13:00 kita berangkat dari asrama menuju Kaliurang.
Peserta dibagi ke dalam beberapa buah mobil yang difasilitasi oleh Pak Edi.
Saya satu mobil dengan Pia, Lia, Elisa, Farrah, Mas Sukur, Vivi, Reza dan Mas Aconk.
Dan kami...ngobrol.

Kira-kira berselang 1 jam lewat dikit, kami pun hadir di sebuah penginapan di Kaliurang.
Bagi yang belum tau, Kaliurang terletak di dekat gunung Merapi. Hawanya sangat dingin. Brrr! Hehe.

Di sana kami langsung disambut oleh taman bermain yang ada ayunannya. Jadilah semua peserta kembali ke sifak kekanak-kanakannya.


 Ini Lia dan Pia yang nampak bahagia mendapati di usia mereka sekarang, akhirnya bermain ayunan lagi.
















Yang ini Vivi, Mufi, Elisa, dan Farrah yang memang masih kanak-kanak.


Setelah beradaptasi sejenak, kami diberitahu untuk mempersiapkan penampilan di malam minggu. Malam mingguan Khas Kampus Fiksi. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing harus menampilkan yel-yel dan sebuah drama singkat.

Eng ing eng... Tiba-tiba sudah malam aja.
Saatnya acara malam mingguan bersama.
Saya yang satu kelompok dengan Lia, Farrah, Mbak Indah dan Elisa menampilkan "yel-yel yang iya iyalah" dan drama absurd tentang Bambang yang terlambat ke sekolah karena diajak muter-muter oleh supir travel.

Yang mengesankan dari semua penampilan adalah munculnya sosok Evi Rose dan kelompoknya. Mengusung drama "Kembar Diaries" dengan tagline-nya "panasshh, sensssasionall, menggelithikk, fennnommenaaalll" yang akhirnya menjadi tagline kami semua di keesokan harinya.

Oh, iya, ada juga hantu minta MoU yang diperankan oleh Mas Adit. Dan juga ada drama ala sinetron diperankan oleh Reza dan Rosanti (selanjutnya dipanggil dengan KakRez dan KakRos, yang dipercayai sudah maktub!)

Juga ada penampilan spesial dari para panitia. Dan saya melihat sisi lain dari Mbak Rina.


Saya dan temans kelompok sedang ber-absurd ria.


Ini hantu yang minta MoU biar cepet turun.

Adegan yang sinetron bingits oleh KakRez dan KakRos.



Dan ini adalah Evi Rose bersama kelompok (kiri-kanan; Fia, Sayful, Evi, Didi, Ghyna)
sedang memperagakan tagline "panasshh, sensssasionall, menggelithikk, fennnommenaaalll"




Inilah Mbak Rina dengan kepribadiannya yang lain.


Looks so cute! Entah itu adalah akting, 



atau yang kulihat selama ini adalah yang akting. :D






Bonus


Setelah semua penampilan, akhirnya kami sampai pada acara penganugerahan dan penyerahan hadiah simbolis kepada cerpenis terbaik dari semua cerpen peserta Kampus Fiksi Emas. Juga ditambah sebuah award rahasia dari Pak Edi kepada alumni favorit Kampus Fiksi.

Cerpenis terbaik diberikan kepada Mas Sayfullan. Hadiahnya 5jt vroohhh.

Dan award spesial "Alumni Favorit Kampus Fiksi 2014" diberikan kepada Reza Nufa.

Formasi lengkap peserta Kampus Fiksi Emas 2014

Malam minggu pun ditutup dengan acara api unggun dan permainan 'truth or dare' yang dibarengi dengan berbagi kado antar peserta.
Venue terjadinya truth or dare ala Kampus Fiksi Emas

Ini KakRez saat di-dare mengungkapkan cinta, dia memilih KakRos cobaaa... so sweet ya...:D


Dasar cinloker dan PHP emang...xD



Lalu ini adalah Mas Aconk yang memeluk saya karena di-dare untuk memeluk seorang lelaki.
Dan saya adalah lelaki terpilih itu. So sweet juga sih ini...

Dan ini saya dan KakRez berpelukan. Bukan karena dare atau tantangan apapun.
Lagi pengin aja... malam itu dingin... xD

Setelah api unggun meredup dan mati. Kami nyanyi bareng di pelataran penginapan sampai ngantuk.

To be continued...

Berikutnya; "Lava Tour Merapi!"

Tuesday, June 3, 2014

Cinta Muda

Tnatangan Kampus Fiksi; Dialog VS Narasi.

Versi Dialog:



Leon menatapku. Tuhan, aku harus apa? Lelaki bermata purnama berwarna cokelat gelap itu selalu berhasil menenggelamkanku di dalam keindahannya. Tuhan, tolong aku!

“Apa?! Bicaralah. Aku nggak suka dipanggil lalu didiamkan.” Seperti biasa, Leon selalu memarahiku setiap bertemu dengannya. Tuhan, beri dia kemampuan untuk membaca pikiran, karena aku tidak sanggup mengatakan langsung perasaanku padanya.

“Sudahlah. Aku pergi dari sini!” Leon kesal.

“Oh, ya Tuhan. Le-Leon... tu-tunggu...” Aku menarik lengannya yang mulai beranjak dari hadapku.
Leon mendengus. “Cepatlah, Elisa. Aku harus masuk ke kelas sekarang!”

“A-aku hanya ingin memberikan ini...”  Kuperlihatkan CD musik The Script, band favoritnya, dari balik punggungku yang kusembunyikan dari tadi. “Se-selamat ulang tahun!” Oh, Tuhan, kenapa aku selalu tergagap bila berbincang dengannya.

“Aku nggak butuh hadiah dan ucapan ulang tahun dari kamu.” Ketusnya, lalu mengambil CD musik itu dan melemparnya ke lantai kantin sekolah. Kavernya pecah. Oh, Tuhan. Hatiku hancur.

Aku tahu hal buruk akan terjadi bila aku melakukan ini. Aku juga sangat paham Leon selalu kasar padaku. Tapi aku sangat menyukainya. Oh, Tuhan, jangan marah padanya. Sayangi dia seperti aku selalu menyayanginya setelah semua kebenciannya padaku selama ini.

Oh, Tuhan. Aku pasti sudah mempermalukan diriku sendiri. Aku bisa mendengar bisikan dan tawa yang memuat namaku di dalamnya.

“Ayo kita pergi dari sini.” Seseorang menarik tanganku.

“Kak Ron?” Ternyata kakak kelasku. Ronald.

Lalu dia membawaku menjauh dari kantin. Menghiburku di lapangan di belakang sekolah seperti yang biasa dia lakukan jika aku sedang sedih. Kenapa bukan Leon yang bersikap sebaik ini, Tuhan?


Versi Narasi:



Sudah lima menit mereka saling diam di kantin sekolah setelah Elisa, gadis murid SMA yang sedikit pemalu, memberanikan diri untuk menyapa Leon. Murid lelaki yang dia sukai sejak setahun yang lalu.

Leon dan Elisa berteman sejak kelas 1 SMA sampai kini mereka duduk di kelas 2. Tapi Leon selalu bersikap dan berkata kasar pada Elisa. Tapi tak ada yang mengalahkan rasa cinta muda. Batu pun bisa dijadikan bantal tidur jika itu tentang seseorang yang jatuh cinta di masa muda. Begitu pula dengan Elisa yang manis. Sikapnya selalu manis pada Leon.

Setelah beberapa saat, Leon memaksa Elisa  untuk mengungkapkan maksudnya. Remaja berusia tujuh belas tahun itu bahkan meninggikan suaranya, hingga kini mereka menjadi tontonan teman sebaya dan kakak kelasnya di kantin sekolah. Elisa yang malang, dia sudah salah memilih tempat untuk mengungkapkan cinta.

DI jam istirahat sekolah ini, sebenarnya Elisa sudah merencanakan kejutan untuk Leon. Ucapan selamat ulang tahun dan sebuah CD musik dari band favorit Leon. Gadis berambut hitam legam sebahu itu mengira Leon akan terkesan dengan kejutannya dan mulai merubah sikapnya. Setidaknya menjadi sedikit lebih ramah.

Tapi yang didapatinya hanyalah Leon dan sikap kasarnya yang selama ini akrab di hari-hari Elisa. Seolah tak punya hati, Leon membuang CD pemberian dari Elisa yang dikumpulkan dari beberapa minggu uang jajan. Dan dengan dinginnya dia berkata bahwa dia tak memerlukan ucapan selamat ulang tahun.
Elisa sedih dan dipermalukan.

Lalu tiba-tiba seseorang membawa Elisa pergi dari cacian di kantin sekolah. Ronald, kakak kelasnya.

Yang Elisa tidak tahu, Leon berterima kasih karena Ronald, sahabatnya sejak kecil yang juga menyukai Elisa, sudah menyelamatkan Elisa.

Setelah keadaan kantin kembali normal, Leon memungut CD pemberian Elisa dan membawanya pulang. Menumpuknya di kamar, seperti semua benda pemberian Elisa lainnya yang dia buang dan pungut kembali.

Oh, jiwa muda yang jatuh cinta susah dimengerti.