Wednesday, June 18, 2014

Curhatan #KampusFiksiEmas Part 2

Halo temans...
Kali ini saya akan melanjutkan curhatan #KampusFiksiEmas di hari ketiga dan hari terakhir saya di Jogjakarta (Jogjakarta apa Yogyakarta, sih?)

- Hari ketiga, Minggu, 15 Juni 2014; "Lava Tour Merapi!"

Saya tiba-tiba terbangun pukul 5 pagi setelah sebelumnya tidur pukul 2 pagi. Karena masih pagi buta dan suasana di Kaliurang sangat dingin, maka saya putuskan untuk menutup mata sejenak.

Berikutnya saat membuka mata, tau-tau sudah jam 6. Dan saya lupa harusnya hari itu, di jam itu, kami ada jadwal senam bareng sebelum mendaki ke (lagi-lagi saya lupa nama tempatnya apa) untuk melakukan outbound (jadwal semula).

Di pagi itu saya gak mandi. Kenapa? Airnya itu, lho... macam air botolan dari dalam kulkas yang ditumpahin ke bak mandi. Coba deh cari air di dalam kulkas, lalu guyurin ke sekujur tubuh... segitulah rasanya mandi pagi di Kaliurang.

Tapi sepertinya tak ada kegiatan senam di pagi itu, semua sibuk nonton piala dunia. Saat itu Inggris melawan Itali. Dan Inggris kalah. Kata mas Hamid sih, "Inggris kalah gara-gara kebanyakan pemain Liverpool.". Itu kata Mas Hamid lho, ya...

Akhirnya senam kami skip.
Jadwal berikutnya adalah mendaki di jam 7 pagi. Tapi sebelumnya kami sarapan bareng dulu, dong.
Sarapan bersama...
Usai sarapan, kami berkumpul di jalanan di depan penginapan. Dikordinasi oleh mas Wahyu.
Di jadwal awal, kami harusnya berjalan kaki menanjak selama 15-20 menit untuk melakukan outbound.
Dan saya tak tau outbound itu yang bagaimana. Soalnya saya kalo kecapekan dikit biasanya dimarahin mama.

Setelah semua peserta dihitung dan diperhitungkan kesanggupannya mendaki, kami pun mendaki bersama.
Di tengah pendakian, ada yang sibuk foto-foto, selfie, ada yang sibuk ngobrol, bercanda, dan ada juga yang sibuk ngos-ngosan (saya).

Untuk yang ini saya gagal paham. Mau selfie apa nyari sinyal, sih?
Pendakian kita dipimpin oleh De Gaara, putra ganteng dari Pak Edi dan Bunda May.
Saya jadi teringat lagu Dragonball,
"Kita ke sana bersama seorang anak. Anak yang tangkas dan juga pemberani.
Mimpi ituuu dari mana datangnyaaa..."

Mas Sayfull dan Mbak Ita melakukan pose James Bound, karena kita akan OutBound.
Dan ini adalah pose favorit saya...

Lalu kami sampai pada parkiran elang. Dan entah mengapa kami kembali ke tahun 2010.
Setelah beribu langkah kami tapaki, berjuta udara pagi kami hirup, miliaran amoeba membelah diri. Akhirnya kami sampai di tujuan.
Ternyata di tempat tujuan, Pak Edi mempunyai kejutan lain untuk kami. Outbound di skip dan diganti dengan "Lava Tour Merapi Pakai Jeep Brum-Brum", dan itu keren bingits! Ini di luar ekspektasi saya. Tentunya lebih menyenangkan.

Semua peserta dan pendukung acara (panitia dan teman-teman DivaPress) dibagi-bagi ke dalam beberapa jeep. 
Saya satu jeep dengan Pia, Lia dan Fia (iya, namanya lucu, berurutan). Tapi sayang saya lupa menanyakan nama sang driver jeep yang memboncengi kami, yang saya ingat beliau berkumis tebal. Jadi, kita sebut selanjutnya sebagai Pak Kumis.

Sebelum tour, tentu kami foto-foto dulu, dong...

Keren, ya...
Setelah foto-foto, Pak Kumis pun mengendarai jeepnya....
Menurut beliau, tour ini punya 3 pemberhentian. 1. Museum Sisa Hartaku, 2. Bungker, 3. Batu Alien.
Awalnya perjalanan dengan jeep itu terasa mulusss... tapi di tengah-tengah ternyata seperti menaiki roller coaster.

Pak Kumis dan teman-teman ternyata mempunyai kejutan untuk kami. Beliau melajukan, memainkan dan membuat jeepnya menari-nari di jalanan berbatu. Hingga membuat Pia, Lia dan Fia menjerit-jerit. Sementara saya diam, santai aja, tuh.

Kira-kira seperti ini adegannya;
*Jeep mulai menaiki gundukan bebatuan setinggi satu meter
Pia: AAAKKKK!!!
Lia: AAKKKK!!!
Fia: AAAKKKKK!!!
Saya: *Diam... *Tangan sambil mencengkeram erat besi penyangga jok mobil dengan muka pucat

Melewati beberapa jeritan, akhirnya kami sampai di pemberhentian pertama. "Museum Sisa Hartaku"

Tempat itu adalah kumpulan sisa-sisa harta peninggalan warga yang sudah terkena dampak lahar dan awan panas.
Ada alat musik yang 3/4 bagiannya sudah meleleh, kaset-kaset dan CD musik yang meleleh, monitor komputer yang meleleh, dan semua kenangan di dalamnya ikut meleleh...:(

Ini dia gerbang masuk ke dalam museum. (Abaikan wajah kami yang tak sadar kamera)
Semua barang peninggalan dikumpulkan ke dalam satu rumah ini.
Lalu ini tugu pesan Merapi. Saya sedih membacanya... karena gak ngerti artinya...:(
Ini kondisi di dalam rumah (museumnya)
Ada Pak Edi dan Bunda May juga berpose di depan tulang belulang sapi dan kerangka motor
Dan kami semua berpose dengan arahan sang fotografer.

Setelah puas melihat-lihat isi museum, kami pun melanjutkan tour ke destinasi berikutnya.
Kami menaiki jeepnya Pak Kumis lagi.
Kali ini lebih banyak aksi dipertunjukan oleh Pak Kumis dalam mengendarai jeepnya.
Beliau mengendarai dengan miring, berkelok, dan bergejolak.
Hingga Pia, Lia dan Fia lelah berteriak.

Lalu di suatu masa di atas jeep itu, Lia yang sudah hafal dengan kelakuan Pak Kumis, berkata tidak akan berteriak lagi. Alias diam ajah.

Begini adegannya;
*Pak Kumis melajukan jeep ke arah gundukan batu-batu setinggi 1 meter
Lia: Ah, Kali ini aku mau diam aja.
*5 detik kemudian, jeep mendaki gundukan batu
Lia: AAAKKKKK!!! AAAAAAA!!! AAAAKKKKK!!!!

Inilah medan yang kami lalui.


Destinasi berikutnya adalah bungker yang memakan korban 2 orang relawan di erupsi Merapi 2010 lalu.
Setelah itu kami menuju "Batu Alien". Batu yang berbentuk seperti sebuah wajah besar, yang katanya menggelinding dari puncak Merapi.

Ini dia bungkernya...
Kami berfoto di bukit dekat bungker.
Mas Sayful dan Elisa berpose di depan batu berwajah, dan mereka tiba-tiba kembali ke tahun 2010.

Setelah semua destinasi kami datangi, kami pun diantar kembali ke penginapan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih pada Pak Kumis.

Akhirnya tibalah kami pada acara penutupan Kampus Fiksi Emas.
Mas Wahyu memulai acara penutupan dengan mempersilahkan Pak Edi untuk memberikan petuah terakhir bagi para peserta.
Isi petuahnya yang saya ingat kurang lebih begini, "Jaga attitude dan emosi. Kita memang tidak bisa menghindari untuk tidak marah, tapi jangan sampai berlebihan. Dan ingatlah untuk selalu berbagi pada sesama, entah itu tentang materi, ilmu, waktu atau apapun."

Setelah sesi Pak Edi, tiba-tiba saya diminta untuk memberikan kesan dan pesan mewakili teman-teman.
Saat itu terlalu mendadak dan saya bingung mau ngomong apa.
Sebenarnya, inilah yang mau saya ucapkan,

"Saya sangat heran dengan kelakuan Pak Edi. Beliau memfasilitasi semua kebutuhan acara Kampus Fiksi. Mulai dari konsumsi, transportasi, akomodasi dan penghargaan kepada peserta. Bahkan hiburan di Lava Tour Merapi tadi. Bahkan mulai dari Kampus Fiksi 1 (hingga kini sudah mencapai angkatan ke-8)
Untuk sebuah acara yang non-profit (karena tak ada spronsor dan tak ada promosi produk) seperti itu, sungguh diperlukan niat dan dedikasi yang sangat besar. 

Saya pun sempat bingung, Pak Edi sebenarnya berniat menjadikan DivaPress ini penerbit komersial atau badan amal, sih? Kok ya royal bingits gitu, lho... ustadz dan motivator yang sering roadshow ngasih ceramah aja mungkin gak segitunya bantuin orang secara konkrit. Padahal kami para peserta belum tentu mendatangkan keuntungan buatnya pribadi.

Untuk satu event ini saja, saya bisa memperkirakan biaya yang dikeluarkan tidak kurang dari 20jt. Lalu bayangkan untuk 8 angkatan dan acara Kampus Fiksi Roadshow dan Kampus Fiksi spesial yang juga diadakan oleh beliau. Manusia biasa pasti lebih memilih membeli rumah atau mobil. Perlu diingat lagi, ini adalah acara non-profit. Semua peserta tidak diberi kontrak terikat atau kontrak eksklusif. Semua dibebaskan untuk berkarya di mana pun. Gila, kan?

Itu adalah salah satu alasan kenapa saya mau datang jauh-jauh dari Banjarmasin menuju Jogja. Saya ingin mempelajari semangat beliau. Semangat untuk berbagi. Semangat untuk memulai persahabatan.

Pada dasarnya, semua bukanlah tentang materi. Tapi niat dan tindakan. Semoga semua dari kita mampu menerapkan semangat itu di dalam kehidupan kita masing-masing."

Oke, setelah kesan dan pesan dari saya yang tak terucapkan saat itu, acara dilanjutkan dengan kesan dan pesan dari Evi Rose yang juga datang jauh-jauh dari Palembang.
Setelah itu, simbolis penyerahan piagam kepada perwakilan peserta.

Piagam diberikan oleh Mbak Rina kepada Rosanti.

Piagam diberikan oleh Mbak Rina kepada Mas Adit.

Kemudian, acara ditutup dengan guyuran air dan teh ke kepala Mas Wahyu sang MC yang dikira sedang berulang tahun. Ternyata hanya hoax yang dbuat oleh Pak Edi untuk... ngerjain Mas Wahyu aja, sih. hehe...
Rasain! xD
Saat kami sedang packing, tiba Mbak Ve datang membawa beberapa amplop. Bukan! Itu bukan amplop untuk bujukan memilih capres. Tapi uang saku para peserta yang berjumlah masing-masing 500rb. Horeee!
 
Berikutnya kami kembali dimobilkan ke asrama Diva.
Di asrama kami mendapat kejutan lagi. Yaitu traktiran pizza dari Mas Sayfull dan Lia. Nyam!

Lalu tiba-tiba udah malam lagi. Di malam terakhir itu kami memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke Malioboro dianterin sama Mas Agus. Dilanjut dengan karaoke di Nav Karaoke.
Reza, Mala, Ghyna, Didi, Fia, Pia, saya, dan Lia.
Ini Mas Agus yang bercahaya di malam itu...

Ya... begitulah hari-hari saya di Jogja, #KampusFiksiEmas.
Bertemu dengan orang-orang baru dan unik.
Yang masih terngiang adalah cerita Elisa yang hampir diculik supir travel.
Juga ada Farrah yang tergila-gila dengan para gay. Lalu Didi dan Fia yang mirip tapi gak kembar. Dan Fia juga mengira dirinya adalah Dodit Mulyanto. oh, iya, sang fenomenal Evi Rose.

Dan untuk semua peserta #KampusFiksiEmas, kalian semua keren temans!

No comments:

Post a Comment