Tentangmu yang hidup menari di kepalaku sementara tubuhmu sudah mati,
adalah semesta abadi bagi ragaku yang kurelakan dijamah madu dunia.
Napasmu adalah benderang bagiku. jika tuhan sayang padaku, harusnya dia
tak mengambilmu. atau... mungkin dia terlalu sayang. Cemburu.
Tapi aku hanya manusia. Hatiku pasti usang. Tingkahmu, aku lupa. Saat
hari itu tiba, aku harap aku juga tak lupa rasanya bahagia.
Kata orang, untuk melupakan orang yang kita sayang, kita harus bakar semua barang yang berhubungan dengannya. Lalu, apa aku harus bakar tubuhku? karena di setiap jengkal kulitku terekam jejaknya.
Aku tidak ingin jadi pecinta yang bodoh. Tapi saat ini hanya itu yang bisa aku lakukan.
Sekarang pergilah...
Aku yang menggilaimu sampai cinta pun tak ada artinya di mataku.
No comments:
Post a Comment